BATAN: Indonesia Berpotensi Mandiri Dalam Teknologi Nuklir Untuk Kesehatan

SIAR.Com, Banten – Badan Tenaga Nuklir Nasional (BATAN), berkomitmen untuk terus mengembangkan teknologi nuklir untuk kesehatan.
Kepala BATAN, Djarot Sulistio Wisnubroto mengungkapkan, dirinya menyoroti minimnya rumah sakit di Indonesia yang mempunyai kemampuan menggunakan teknologi nuklir untuk kesehatan. Menurutnya, hal itu adalah ironi, mengingat saat ini Indonesia sudah mampu menangani dan menerapkan teknologi itu.
“Oleh karenanya, BATAN akan terus meneriakkan bahwa sejatinya bangsa kita telah mampu mengaplikasikan teknologi itu, dan kita berpotensi mandiri!, khususnya untuk produksi Radioisotop dan Radiofarmaka,” ujarnya kepada wartawan, Jumat (28/4) di Pusat Penelitian Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (Puspiptek) Serpong, Banten.
Di Indonesia, jelasnya, teknologi Radioisotop dan Radiofarmaka bukanlah teknologi baru di bidang energi nuklir untuk kesehatan, sebab BATAN telah memulai penelitian itu sejak beberapa dekade lalu.
Pusat Teknologi Radioisotop dan Radiofarmaka (PTRR) bentukan BATAN merupakan satu-satunya lembaga pemerintah di lndonesia yang diberi kewenangan untuk mengembangkan dan menyediakan produk-produk Radiofarmaka. Ketersediaan produk Radiofarmaka dapat menjadi alternatif atau bahkan menjadi pilihan terbaik untuk kebutuhan diagnosa dan pengobatan beberapa jenis penyakit yang saat ini masih belum memuaskan hasilnya dengan menggunakan pengobatan produk farmasi biasa (non Radiofarmaka).
“Oleh karena itu, menjadi sangat penting peran PTRR dalam berkontribusi untuk mengatasi permasalahan kesehatan di Indonesia,” imbuh Djarot.
Untuk menunjang tercapainya tujuan tersebut, PTRR sudah mendapatkan sertifikasi Sistem Mutu Cara Pembuatan Obat yang Baik (CPOB) dari Badan POM. Bekerja sama dengan PT. Kimia Farma, PTRR telah menghasilkan produk Radiofarmaka yang dapat digunakan untuk kebutuhan diagnosis dan terapi medis, antara lain; Kit Mibi untuk diagnosis penyakit jantung, Kit MDMP untuk diagnosis tumor pada tulang, DTPA untuk diagnosis fungsi ginjal, Radiofarmaka Senyawa SmEDTMP, digunakan sebagai terapi paliatif pada penderita kanker yang sudah metastasis dan Radiofarmaka Senyawa I-MIBG, untuk diagnosis dan terapi kanker neuroblastoma (sistem saraf anak-anak).
“Mulai saat ini sebagian masyarakat yang dinilai mampu tidak perlu lagi pergi ke rumah sakit di luar negeri, untuk pengobatan yang bangsa kita sendiri sudah bisa menanganinya,” pungkasnya. (fahd)
Foto : Doc. SIAR.Com