69 Tahun Industri Film Nasional, Kualitas Terus Meningkat

SIAR.Com, Jakarta — Di usia ke-69 tahun, industri film nasional makin menunjukan peningkatan kualitas. Sebagai bukti, makin banyak penghargaan yang diperoleh film nasional.
Menurut Wakil Presiden Yusuf Kalla, selama beberapa tahun terakhir industri perilman Indonesia telah bangkit yang terlihat dari semakin banyaknya jumlah penonton film nasional yang sebelumnya 16 juta orang dalam setahun menjadi lebih dari 50 juta orang pada 2018. Peningkatan produksi film juga menggembirakan, tidak hanya diJakarta tapi juga berbagai daerah di Indonesia untuk mengisi kontent di televisi lokal.
“Semakin banyak pula film Indonesia yang mendapat penghargaan yang menunjukkan kualitas film nasional terus meningkat,” ujar Jusuf Kalla dalam sambutan Perayaan Hari Film Nasional ke-69 akhir pekan lalu di Plaa Insan Berprestasi Gedung Ki Hajar Dewantoro Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, Jakarta.
Wapres Jusuf Kalla mengakui, perfilman Indonesia belum setara dengan Hollywood maupun Bollywood. Meski begitu, potensi pengembangan industri ini sangat besar. Apalagi ilm m emiliki fungsi hiburan, pendidikan, dan bisnis atau industri. Oleh karen itu, dia menilai butuh kreativitas, inovasi dan profesionalitas pelaku sehingga dapt memproduksi film berkualitas yang dapat memajukan industri film nasional.
“Jika industri film berkembang, maka akan mendorong pengembangan industri lain, seperti kuliner, fesyen dan lainnya. Film juga merupakan industri yang yang besar karena menyerap banyak tenaga kerja,” imbuhnya.
Sementara itu, Kepala Badan Ekonomi Kreatif (Bekraf), Triawan Munaf mengakui, terbatasnya jumlah sumber daya manusia (SDM) di industri ini. Oleh karena itu, tidak bisa hanya mengandalkan talenta tetapi harus mendapat pendidikan yang bersifat peningkatan kompetensi. Namun diakuinya, seiring dengan perkembangan industri ilm nasional, jumlah tenaga kerjanya pun makin meningkat.
Bekraf, jelasnya, mendorong peningkatan kualitas film nasional. Salah satunya yaitu dengan mengadakan sertifikasi kompetensi film nasional karena mampu menghasilkan lebih banyak film berkualitas sehingga lebih banyak menarik penonton.”
Terkait dengan SDM di bidang perfilman, Menteri Pendidikan dan Kebudayaan, Muhadjir Effendy mengungkapkan sekolah Menengah Kejuruan (SMK) khusus film saat ini sudah berdiri sehingga pekerja di industri ini tidak lagi harus belajar otodidak tapi melalui proses pendidikan formal yang menghasilkan SDM yang lebih baik. Oleh karena itu, diharapkan semakin banyak daerah yang dieksplor menjadi lokasi syuting yang diharapkan mampu mendorong pertumbuhan ekonomi daerah, seperti yang terjadi di Belitung dengan adanya film Laskar Pelangi.
Menyangkut peringatan Hari Film Nasional, Muhadjir mengungkapkan, Kemendikbud membuat 272 kegiatan yang tersebar di seluruh Indonesia yang dilaksanakan pada 1-30 Maret. Sementara itu, pada perayaan yang dilaksanakan di Kantor Kemendikbud tersebut, diberikan penghargaan kepada 10 sineas yang telah berkarya lebih dari 30 tahun dan juga penyerahan sertifikat kompetensi kepada sineas Tanah Air.
Sebagaimana diketahui, Pemerintah menetapkan tanggal 30 Maret 1950 sebagai Hari Film Nasional. Pasalnya, sejarah mencatat pada 30 Maret 1950 merupakan hari pertama pengambilan gambar atau syuting film Darah Dan Doa yang diproduksi oleh PERFINI. Disutradarai oleh H. Umar Ismail, film ini didukung kru yang sepenuhnya orang Indonesia. (Bekraf/Joko Susilo)
Foto : Bekraf