Batu Bara Australia Yang Diekspor ke Cina Dipastikan Meningkat
MIner's Life – Senin lalu di Canberra, kesepakatan perdagangan bebas antara Cina dan Australia diperkirakan akan mendongkrak perdagangan komoditi kedua negara, terutama untuk komoditi batu bara.
Dalam terbitannya kemarin, koran China Daily menyebutkan, Presiden Xi Jinping dan Perdana Menteri Tony Abbot mengumumkan tercapainya kesepakatan tersebut setelah penandatanganan perjanjian.
Dikesepakatan itu disebutkan, komoditi termasuk bauksit, batu bara jenis coking dan termal, serta sumber daya mineral lain yang diekspor dari Australia akan dibebaskan dari pungutan impor selama dua tahun.
Pihak komite tarif pemerintah Cina bulan lalu menyatakan, akan mengenakan tarif 3% terhadap batu bara jenis coking, yang banyak dipakai dalam pengolahan di industri baja, serta 6% terhadap batu bara jenis termal, yang banyak dipakai untuk pembangkit listrik. Pengenaan tarif ini mengundang keprihatinan pengusaha batu bara dari Australia.
Analis batu bara pada konsultan komoditi Sublime China Information Co. Ltd menyampaikan, pengenaan tarif itu bisa menambah ongkos batu bara sebesar US$ 3 hingga US$ 5 per metrik ton terhadap batu bara Australia yang diekspor ke Cina.
“Batubara Australia kebanyakan memiliki sulfur rendah, sesuai dengan permintaan pemerintah Cina yang menghendaki batu bara berkualitas tinggi,” ujar Liu Dongna, seperti yang diberitakan dalam Tambang.co.id, Jumat (21/11).
Kenaikan impor batu bara dari Cina dan Australia dituding sebagai biang terhadap merosotnya harga batu bara di pasar domestik, dan memukul pengusaha batu bara dalam negeri. Produksi di dalam negeri juga dinilai berlebih.
Tak hanya itu, kesepakatan perdagangan yang diteken Cina dengan Asean dan Australia, dipastikan akan memangkas keuntungan produsen batu bara di dalam negeri. Namun sebagai eksportir bijih besi terbesar ke Cina, para eksportir dari Australia justru akan menikmati kesepakatan dagang tersebut.