Kebijakan Energi Untuk Memacu Pertumbuhan Ekonomi
Dalam upaya mengurangi emisi CO2 dengan mendorong efisiensi penggunaan bahan bakar fosil dan mendorong energi alternatif yang berbasis gas dan biofuel, Pemerintah akan mensinkronkan program yang memacu pertumbuhan ekonomi dengan kebijakan energi.
Indonesia sangat membutuhkan pasokan energi yang besar untuk menggerakan berbagai sektor ekonomi yang ada didalamnya. Namun sangat disayangkan, sebagian besar suplai energi masih berasal dari bahan bakar fosil yang merupakan salah satu penyumbang terbesar emisi CO2 (karbon). Tidak kurang dari 19% emisi CO2 di Indonesia berasal dari pembakaran bahan bakar fosil untuk energi di berbagai sektor ekonomi.
Selama ini Indonesia dikenal boros dalam pemakaian bahan bakar fosil seperti bahan bakar minyak (BBM) bersubsidi tidak hanya berdampak pada penurunan beban fiskal, tapi juga diharapkan akan mendorong efisiensi penggunaan energi di tengah masyarakat dan tentunya memacu penurunan emisi CO2.
Menurut Menteri Keuangan, Bambang Brodjonegoro, dengan menggunakan pendekatan sustainability dalam pendekatan pembangunan merupakan suatu keharusan.
Hal ini memungkinkan, mengingat Indonesia kaya dengan sumber daya energi terbarukan (75 GW hidro, 29 GW panas bumu, 50 GW biomassa, dan potensi energi surya dari 4,5 kWh/m2/hari) dan ini harus didayagunakan dalam kebijakan energi ke depan.
seperti yang diberitakan harian Investor Daily, Jakarta. Member Member Council UN-SDSN, Mari Elka Pangestu mengatakan Indonesia berpeluang besar memainkan peran penting dalam isu pembangunan berkelanjutan atau sustainable development.