Konversi BBM ke BBG di Indonesia Harus Ditingkatkan
Miner’s Life – Jakarta, Upaya untuk mengalihankan BBM ke BBG memang sudah jadi isu nasional dalam beberapa tahun terakhir. Namun, tak mudah mengaplikasinnya karena berbagai kendala di lapangan, khususnya infrastruktur seperti stasiun pengisian bahan bakar gas (SPBG) yang masih minim. Akibatnya, Indonesia bisa dibilang tertinggal dalam upaya konversi BBM ke BBG dibandingkan sejumlah negara tetangga seperti Singapura, Malaysia, bahkan Philipina.
Topik ini selalu menarik, terlebih karena posisi Indonesia yang tadinya eksportir kini jadi importir BBM, sementara cadangan gas alamnya masih berlimpah.
Dari pagelaran yang diadakan di Hotel Dharmawangsa, dengan tema The 9th Natural Gas Vehicles & Infrastructure Indonesia Forum and Exhibition yang merupakan pertemuan terbesar komunitas gas alam terbesar tahun ini dengan melibatkan berbagai perusahaan nasional maupun internasional yang sedang berlangsung saat ini, diharapkan semakin banyak pihak swasta yang berinvestasi di bidang gas alam karena pasar yang sangat potensial di kawasan Asia Pasifik. Pada saat yang sama, Indonesia pun diharapkan agar semakin tumbuh menjadi sentra gas alam paling cemerlang di kawasan tersebut.
Ketua APCNGI Robbi Sukardi mengatakan pemerintah akan mendukung program tersebut dan melakukan berbagai upaya. Namun, akan jauh lebih cepat berkembangnya jika sektor swasta menjemput bola dengan berinvestasi di bidang ini. Forum dan pameran yang diadakan selama tiga hari inilah tempatnya untuk mencermati segala hal seputar bisnis BBG dan prospeknya. Ini sekaligus kesempatan buat perusahaan yang sudah eksis untuk mempromosikan produk atau jasanya.
Ia menambahkan fokus perhatian pada tahun ini adalah kendaraan angkut berat seperti truk dan bus. Dalam kaitan itu pula pihak asosiasi secara khusus mengundang operator bus berbasis BBG untuk memaparkan segala sesuatu tentang penggunaan BBG bagi armadanya, termasuk kemudahan dan tantangan yang dihadapi.
Efisiensi dan efektifitas operasional bus BBG diharapkan jadi inspirasi dan dorongan para pengusaha angkutan berat (heavy duty) lainnya. Seiring dengan itu infrastrukturnya tentu tetap harus diperbaiki, khususnya pembangunan SPBG baru di lokasi-lokasi strategis.
“Sangat ideal kalau semua truk dan bus mulai dikonversi ke BBG. Seiring waktu kendaraan-kendaraan kecil dan pribadi akan lebih mudah diarahkan memakai BBG,” ujar Robbi. (Her)