Ekonomi Digital Indonesia Tumbuh Dua Digit, Kalah dari Vietnam

SIAR.Com, Jakarta — Pemerintah mengakui, meski ekonomi digital Indonesia terus membesar, namun masih kalah dari ekonomi digital Vietnam.
Menurut Menko Kemaritiman dan Investasi Luhut Binsar Pandjaitan, tahun 2020 lalu ekonomi digital Indonesia tumbuh di atas 10%, melampaui pertumbuhan negara-negara tetangga seperti Malysia dan Singapura, tetapi masih kalah dengan Vetnam yang ekonom digitalnya tumbuh 16%.
“Khusus Indonesia, ekonomi digital kita masih bisa berkembang dua digit di atas negara-negara tetangga seperti Malaysia dan Singapura. Tapi kita masih kalah dengan Vietnam yang sekitar 16 persen,” kata Luhut dalam Webinar antara Bukalapak dengan Microsoft pekan lalu.
Akumulasi pembelian dari pengguna atau Gross merchandise value (GMV) ekonomi digital di kawasan Asia Tenggara mencapai US$105 miliar, atau sekitar Rp 1.505 triliun (1 US$ sama dengan Rp14.300 ribu per dolar AS) atau tumbuh 15 persen.
Luhut juga membeberkan data Global Startup Ecosystem Report 2020. Data tersebut menyebutkan bahwa Indonesia di peringkat kedua dari 100 ekosistem digital berkembang (emerging ecosystem). Berdasarkan nilai, ekosistem digital Indonesia, sebesar US$26,3 miliar atau setara Rp 376,09 triliun.
Perkembangan tersebut tidak terlepas dari investasi di sektor digital Indonesia. Selama tahun 2020, Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) mencatat , investasi asing yang masuk ke sektor transportasi, pergudangan dan telekomunikasi yang menjadi penunjang ekonomi digital mencapai US$36,5 milar atau Rp 532 triliun dan Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN) sebesar Rp93,2 triliun.
Sebagaimana diketahui, di ASEAN saat in ada sebanyak 12 unicorn. Dari jumlah itu, yang terbanyak adalah Indonesia dan Singapura, masing-masing sebanyak 5 unicorn, Indonesia (Gojek, Tokopedia, Traveloka, Bukalapak, dan OVO) dan Singapura. Sedangkan Singapura (BIGO, Grab, Razer, Lazada, dan Sea). Sisanya 2 unicorn dari Vietnam (VNG, dan VNPay). (Dari berbagai sumber/Joko Susilo)
Foto : AccountancySA