Festival Noken di Perayaan Hari Noken se-Dunia Ke-5

SIAR.Com – Dalam rangka Hari Noken se-Dunia ke-5 yang jatuh pada Selasa (4/12) kemarin, warga Papua merayakannya dengan mengadakan “Festival Noken”. Acara yang berlangsung sejak Senin (3/12) lalu hingga Rabu (5/12) di depan kantor Kesenian Papua, Jayapura, Senin, mendapatkan respon yang sangat positif dari masyarakat Papua itu sendiri.
Selain pameran ribuan noken yang berasal dari produk lokal, dalam “Festival Noken” juga menampilkan pawai, workshop, bazaar, pentas seni hingga “noken goes to school” dan “selfie noken” bagi para remaja.
Dalam acara tersebut sekitar 500 mama-mama Papua juga turut hadir meramaikan pameran noken hasil kerajinan tangannya. Masyarakat yang berasal dari wilayah Sentani, Abepura, dan Jayapura kota, juga sekitarnya tak luput memeriahkan acara tersebut.
Seperti dikutip dari laman salah satu website berita di Papua, Ketua Panitia Pelaksana Hari Ulang Tahun Noken Papua I, Thedy Pekey, kepada wartawan di Prima Garden Caffee, Abepura, pada Senin (3/12) kemarin mengatakan “Noken merupakan warisan dunia yang sudah terdaftar di Unesco pada 4/12/12 lalu sehingga untuk menghormati hari tersebut, semua Warga Papua diharapkan menggunakan noken pada tanggal 4 Desember,” ujarnya.
Noken atau tas rajut khas Papua terbuat dari kulit kayu, bunga anggrek, daun tikar, tali rami atau anyaman daun pandan. Namun belakangan ini para pengerajin mulai melirik untuk menggantinya dengan benang atau tali yang lebih modern.
“Situasi sekarang membuat banyak perajut noken mulai melirik benang wol, benang manila atau nilon dalam merajut noken,” lanjut Thedy.
Noken yang berukuran besar (disebut Yatoo) dipakai untuk membawa barang seperti kayu bakar, tanaman hasil panen, barang-barang belanjaan, atau bahkan digunakan untuk menggendong anak. Sementara ukuran sedang (Gapagoo) digunakan untuk membawa barang-barang belanjaan dalam jumlah sedang, dan yang berukuran kecil (Mitutee) digunakan untuk membawa barang-barang pribadi.
Keunikan Noken juga difungsikan sebagai hadiah kenang-kenangan untuk tamu yang biasanya baru pertama kali menginjakkan kaki di bumi Papua.
Dalam pembuatannya pun cukup rumit dan memakan waktu lama mengingat bahan utama yang dipakai adalah serat alami yang berasal dari tumbuh-tumbuhan. (BerbagaiSumber/RN)
Foto : RoelRiot