Indonesia Bisa Menjadi Negara dengan Ekonomi Kreatif Terbesar di Asia Tenggara

SIAR.Com — Indonesia bisa menjadi negara dengan ekonomi kreatif terbesar di Asia Tenggara. Sebab dengan keberagaman yang ada di Indonesia, negeri ini punya modal utama dalam pengembangan ekonomi kreatif.
Menurut Kepala Badan Ekonomi Kreatif (Bekraf), Triawan Munaf, dengan keberagaman yang dimiliki, Indonesia mempunyai modal utama untuk menjadi negara dengan ekonomi kreatif terbesar di Asia Tenggara. “Di Indonesia, ada 700 etnis yang terbentang dari Sabang sampai Merauke yang merupakan modal utama dalam pengembangan ekonomi kreatif,” katanya saat pembukaan World Conference on Creative Economy (WCCE) 2018 di Nusa Dua Bali, Rabu (7/11).
World Conference on Creative Economy (WCCE) 2018 adalah event internasional mengenai ekonomi kreatif yang digagas Indonesia. Event ini penting, mengingat ekonomi kreatif memiliki peranan yang sangat besar dalam pengembangan ekonomi global.
Triawan memaparkan, ekonomi kreatif memiliki peranan yang penting dalam perekonomian dunia. “Pada 2015 ekonomi kreatif berkontribusi US$2.250 miliar atau sekitar 3% dari Pendapatan Domestik Bruto (PDB) dunia. Industri ini juga mempekerjakan 1% dari populasi dunia,” ungkapnya.
Triawan yakin, hal tersebut akan terus tumbuh dan makin inklusif dengan didukungnya perkembangan teknologi. Sejalan dengan perkembangan dunia, ekonomi kreatif nasional terus tumbuh dengan kontribusi lebih dari 7,4% terhadap PDB. Sebanyak 17 juta orang bekerja di sektor ekonomi kreatif atau 14% dari total pekerja dan didominasi oleh perempuan, yakni 54%.
Sementara itu, Menteri Luar Negeri Retno Marsudi menekankan, kolaborasi merupakan hal yang penting, khususnya di sektor ekonomi kreatif. Oleh karena itu, tema Inclusively Creative dinilai sangat tepat karena ekonomi kreatif tidak boleh eksklusif dan membuka peluang untuk seluruh orang.
“Indonesia kaya warisan budaya yang memudahkan peningkatan industri kreatif, seperti fesyen, kuliner, seni, kerajinan, dan hiburan. Hal tersebut menjadi penggerak ekonomi Indonesia sehingga mampu menghadapi krisis ekonomi,” kata dia.
Acara WCCE dimulai dengan pelaksanaan Friends of Creative Economy (FCE) untuk mensinergikan pentahelix, yakni akademisi, pelaku bisnis, komunitas, pemerintah, dan media. Oleh karena itu, WCCE diharapkan dapat menjadi katalisator dalam mengumpulkan komitmen dunia untuk mendirikan Global Center of Excellence and International Cooperation for Creative Economy (Pusat unggulan dan kerja sama internasional untuk ekonomi kreatif) di Indonesia sehingga memberi kontribusi dalam menciptakan ekonomi global yang lebih baik dan inklusif.
WCCE merupakan konferensi tentang ekonomi kreatif pertama di dunia. Acara yang digelar di Bali Nusa Dua Convention Center (BNDCC) pada 6-8 November ini mengusung tema Inclusively Creative dengan mengangkat lima isu utama, yakni kohesi sosial, regulasi, pemasaran, ekosistem, dan pembiayaan industri kreatif. Kegiatan tersebut diikuti perwakilan 30 negara dan 1.500 peserta. WCCE juga akan merumuskan Deklarasi Bali yang nantinya diusulkan ke Sidang Umum PBB di tahun depan. Hal ini diharapkan semakin menguatkan ekosistem dan mendukung perkembangan ekonomi kreatif dunia yang telah memasuki era 4.0. (Bekraf/Joko Susilo)
Foto : Liputan6