Indonesia Paling Banyak Miliki Startup Unicorn di Kawasan ASEAN dan Australia

SIAR.com, Jakarta — Di kawasan Asia Tenggara (ASEAN) dan Australia, ternyata Indonesia adalah Negara yang paling banyak memiliki startup (usaha rintisan berbasis teknologi digital) yang berkategori unicorn (valuasi usahanya sebesar minimal US$ 1 miliar atau Rp 13 triliun).
Di ASEAN, Singapura punya dua startup unicorn (SEA dan Grab), Filipina punya satu (Revolution Precrafted), Indonesia punya empat startup unicorn (Go-Jek, Traveloka, Tokopedia dan Bukalapak). Australia saja hanya punya satu startup unicorn (Canva). Inilah startup-startup berkelas unicorn tersebut:
1. SEA (US$ 4,5 miliar)
Pada 2009, Forrest Li mendirikan Garena yang kemudian beralih nama menjadi SEA di Singapura. SEA Ltd, singkatan dari Southeast Asia atau Asia Tenggara, telah berhasil mendapatkan dana sekitar $ 550 juta untuk meningkatkan daya saing dengan e-commerce giant Alibaba dan e-commerce lainnya di Indonesia.
Perusahaan belanja dan permainan online ini mengincar tempat melihat keadaan kompetisi e-commerce di Asia Tenggara yang sedang meningkat, khususnya pada pasar Indonesia yang sebagian besar belum dimanfaatkan.
Saat ini bisnisnya meliputi permainan online Garena, operator e-commerce Shopee dan layanan pembayaran digital AirPay.
2. Grab (nilai US$ 3,5 miliar)
Awalnya, Grab didirikan di sebuah gudang di Kuala Lumpur pada tahun 2012. Namun para pendiri Grab, yaitu Anthony Tan dan Tan Hooi Ling memilih Singapura sebagai home base-nya.
Grab fokus mengembangkan bisnisnya di Asia Tenggara. Di awal 2017, untuk menjalankan masterplan 2020 dalam pengembangan bisnisnya di Indonesia (“Grab 4 Indonesia”) telah menyiapkan dana sekitar US$700 juta. Investasi sebesar itu menjadi investasi terbesar yang pernah dibuat oleh startup transportasi dalam satu negara. Bagian dari rencana ini adalah untuk mengembangkan solusi secara spesifik pada Indonesia, seperti algoritma untuk mengatasi peraturan jalan Indonesia dan layanan bike-pooling.
Saat ini, Grab telah beroperasi di sedikitnya 30 kota di seluruh Malaysia, Filipina, India, Thailand, Singapura, Vietnam, dan Indonesia.
3. Revolution Precrafted (US$1 miliar)
Startup asal Filipina ini didirikan oleh Robbie Antonio, seorang maniak kolektor seni dari keluarga yang memang telah terkenal sebagai pemain hebat dalam industri real estate di Filipina.
Revolution merupakan sebuah koleksi dari limited edition, pre-crafted properties, termasuk rumah dan paviliun, dikenalkan oleh desain & real estate developer Robbie Antonio.
Revolusi menjual rumah prefabrikasi yang dibuat oleh puluhan arsitek dan desainer ternama dunia seperti Zaha Hadid, David Salle, Tom Dixon, Marcel Wanders, dan Lenny Kravitz’s Kravitz Design.
4. Go-Jek (US$ 3 miliar)
Go-Jek merupakan startup transportasi online, logistik dan pembayaran Indonesia yang didirikan sejak 2010. Setelah mengakuisisi beberapa startup luar negeri, operasi terbesar Go-Jek masih di Indonesia, dengan ribuan pengendara melayani di 25 kota di seluruh nusantara.
Go-jek juga mengembangkan layanan pesan antar makanan yang rupanya menghasilkan permintaan lebih tinggi dibandingkan layanan car-hailing. Sistem pembayaran online, Go-Pay, turut berkembang secara signifikan seiring dengan penawaran lainnya yang diberikan oleh Go-Jek.
Go-Jek membawa pengaruh besar terhadap generasi baru startup ride-hailing di Asia Tenggara, termasuk U-Hop di Filipina, Banana Bike di Thailand, dan CatchThatBus di Malaysia.
5. Traveloka (US$2 miliar)
Perusahaan startup asal Indonesia ini didrikan tahun 2012 dan beroperasi di Jakarta. Startup ini menyediakan layanan pemesanan tiket pesawat dan hotel secara online dengan fokus perjalanan domestik di Indonesia.
Traveloka menawarkan platform online yang memudahkan penggunanya melakukan pemesanan hotel, pesawat, kereta, dan operator transportasi lainnya, promotor acara, operator objek wisata, biro perjalanan, operator telekomunikasi, dan segala jenis penyedia layanan.
6. Tokopedia (US$ 1,2 Miliar)
Startup ini menyediakan platform marketplace yang melibatkan individu dan pemilik usaha kecil hingga menengah di Indonesia untuk membuka dan mengelola toko onlinenya. Perusahaan ini berdiri di tahun 2009 dan beroperasi di Jakarta Barat.
Agustus 2017, Tokopedia menerima investasi dari Alibaba sebesar US$1.1 miliar. Dengan investasi tersebut, Alibaba mendapat kedudukan di lanskap e-commerce Indonesia.
Sebagai e-commerce terkemuka di Indonesia, Tokopedia telah mengumpulkan dana sebesar 147 juta dolar Amerika dari investor yang tidak disebutkan, menurut beberapa laporan pada 10 April 2016.
7. Bukalapak (US$ 1 Miliar)
Bukalapak merupakan platform e-commerce yang memungkinkan penjual dan pembeli melakukan transaksi online aman dengan cara yang sederhana. Pada pertengahan November, Achmad Zaky, pendiri dan kepala eksekutif e-commerce dari Bukalapak.com mengumumkan bahwa Bukalapak baru saja bergabung pada klub unicorn.
Achmad Zaky, Pendiri dan Kepala Eksekutif Bukalapak.com. Pada akhir 2015, Bukalapak memiliki 510.000 usaha kecil dan menengah dalam jaringannya, menjajakan lebih dari 1,4 juta barang.
Seperti yang dilaporkan disini, perusahaan ini melakukan transaksi harian lebih dari 4 juta dolar Amerika pada bulan Desember dan terlihat pertumbuhan hingga 3-5 kali tahun lalu.
8. Canva (US$ 1 miliar)
Startup ini berdiri tahun 2012 di sebuah ruang tamu di Perth, Australia. Melanie Perkins, saat itu masih berusia 19 tahun. Dia menciptakan Fusion Books, sebuah alat desain online yang memudahkan para siswa dan guru untuk membuat buku tahunan sendiri.
Bermodal pinjaman dari bank sebesar US$ 5.000, Perkins mulai menjajakan karyanya ke sekolah-sekolah, dengan mengirim sampel pada 2007. Ia juga mengiklankan Fusion Books secara online dan mengirim buku contoh tahunan ke sekolah.
Pada 2010, Perkins terbang ke San Francisco untuk bertemu Tai dan Lars Rasmussen, Pendiri Google Maps. Dia menyampaikan ide soal Canva, sebuah aplikasi desain grafis yang memungkinkan orang merancang segala sesuatu, mulai grafik web, poster, kartu nama, hingga undangan. Sehingga Tai pun bersedia masuk sebagai investor dan mengundang Perkins untuk hadir dalam sebuah konferensi Mai Thai di Hawaii pada 2012. Ia bertemu banyak investor yang akhirnya menyuntikkan modal untuk Canva.
Demikian soal startup kelas unicorn di ASEAN dan Australia. Ternyata Indonesia lebih unggul dan hebat dalam jumlah startup kelas unicorn. (Dari berbagai sumber/JS)
Foto : KnowUrStartup