Ini Inovasi Ilmuwan Indonesia Terkait COVID-19

SIAR.Com, Jakarta — Siapa bilang llmuwan Indonesia bisanya hanya riset dan berakhir di kertas? Buktinya, terkait dengan pandemi ini, banyak inovasi yang dihasilkan para ilmuwan Indonesia. Mulai dari alat ventilator, alat deteksi COVID-19, hingga vaksin yang sedang dalam tahap penelitian maupun tahap pengujian.
Menurut Ketua Konsorsium Riset dan Inovasi Covid-19 Kementerian Riset dan Teknologi/Badan Riset dan Inovasi Nasional (Kemenristek/BRIN) Ali Ghufron Mukti mengatakan sudah ada lebih dari 60 hasil inovasi yang diciptakan oleh para ilmuwan dalam negeri terkait Covid-19.
Inovasi yang diciptakan para penelti tersebut terdiri dari berbagai macam bentuk inovasi yang bermanfaat bagi masyarakat. “Kami tidak pernah membayangkan bisa. Inilah hasil dan arah dari konsorsium. Sekarang sudah lebih dari 60 hasil inovasi yang sudah kami buat katalognya,” kata Ali.
Dia mengaku cukup takjub dengan kemahiran para peneliti, termasuk ilmuwan muda yang mampu menciptakan teknologi seperti pengembangan test kit baik non PCR dan PCR yang bekerja sama dengan UGM, BPPT, Unair, dan PT Biofarma (Persero).
Salah satu temuan alat tes PCR dalam negeri, Nusantara Covid-19 buatan Ristek/BRIN dan Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) telah dilakukan uji akurasi dan validasi prototipe strain Asia dan disesuaikan dengan transmisi lokal Indonesia.
Selain itu, ventilator buatan ITB bahkan harganya jauh lebih miring sampai Rp16 juta. Dari segi pelayanan, ditemukan pula inovasi robot untuk pemeriksaan tanpa kontak antara pemeriksa dengan yang diperiksa. Sementara itu, yang paling ditunggu-tunggu, inovasi vaksin dan obat Covid-19 juga terus bergulir.
Konsorsium telah mampu melakukan whole genome sequencing (WGS) yang bermanfaat untuk memonitor evolusi virus dan memprediksi ancaman pandemi berikutnya. WGS menjadi langkah awal untuk menemukan vaksin. WGS SARS-CoV-2 asal Indonesia merupakan WGS pertama kontribusi dari Indonesia untuk nasional maupun internasional. “Obat masih dalam proses. [Vaksin] kita sudah laporkan ke GISAID. Sekarang sudah lebih dari 16 whole genome sequencing baik oleh Eijkman maupun Unair,” katanya.
Tak hanya itu, para ilmuwan dalam konsorsium ini juga tengah mencari suplemen berbahan herbal yang dapat meningkatkan daya tahan tubuh seperti jahe merah, echinacea, meniran, sambiloto, jambu biji dan kulit jeruk.
Saat ini anggota konsorsium terdiri dari badan, lembaga, universitas, diaspora, BUMN, dan rumah sakit. Konsorsium ini dibentuk untuk mendukung percepatan penanganan pandemi Covid-19 melalui riset dan inovasi di bidang pencegahan (vaksin dan suplemen), screening, diagnosis, pengobatan, dan teknologi alat kesehatan.
Dari GeNose Hingga I-Nose
Untuk alat deteksi COVD-19, para peneliti UGM telah menemukan alat yang yang disebut GeNose. Dengan alat itu, seseorang yang ingin diperiksa apakah mengidap virus Corona atau tidak, cukup dengan menghembuskan nafas melalui kantung pastik khusus yang dihubungkan dengan computer dan alat tersebut. Setelah diolah dengan kecerdasan buatan (AI) dan dibaca, maka orang tersebut diketahui telah mengidap COVID-19 atau tidak.
Alat serupa juga saat ini sedang dalam peneltian oleh peneliti dari Institut Teknologi Surabaya (ITS). Alat yang diberi nama I-Nose itu serupa dengan GeNose. Namun berbeda.
Bedanya, jika GeNose menggunakan uap dari hembusan nafas, maka I–Nose memakai uap dari keringat ketiak seseorang.
Selain itu, jika GeNose sudah diproduksi massal dan digunakan di sejumlah perusahaan dan sejumlah tempat seperti stasiun kereta api dan sebagainya. Sedangkan I-Nose hingga saat ini masih dalam tahap uji coba. (Dari berbagai sumber/Joko Susilo)
Foto : UGM