Kemenperin Dorong Startup Go International Melalui Program Akselerasi AETP

SIAR.Com — Pemerintah melalui Kementerian Perindustrian (Kemenperin) mendorong usaha rintisan berbasis teknologi digital (startup) untuk go internasional melalui program akselerasi Asia Entrepreneurship Training Program (AETP) Swiss.
AETP merupakan kolaborasi antara ETH Zurich dengan ZHAW School of Management and Law. AETP menyelenggarakan Swiss – Indonesian Acceleration Startup Program, sebuah program akselerasi yang memungkinkan terbukanya akses ekosistem startup antara Indonesia dengan Swiss.
Program AETP akan memilih 10 startup untuk mengikuti pelatihan selama enam bulan. Startup yang dinyatakan lulus, akan mengikuti pertukaran star up untuk bertemu venture capital di Swiss.
Menurut Direktur Jenderal Industri Kecil, Menengah dan Aneka (IMKA) Kemenperin Gati Wibawaningsih, pihaknya mendorong startup Indonesia untuk go internasional melalui program ini.
“Kami berharap, langkah ekspansi startup ke pasar internasional bisa mendorong naiknya ekspor produk industri digital dan kreatif. Selain itu juga bisa memperkuat brand Indonesia sebagai negara industri kreatif dan digital,” jelasnya, pada pra-pembukaan dan seminar Asian Entrepreneurship Training Program (AETP), Senin (11/2), di Jakarta.
Seminar yang menghadirkan pembicara dari AETP, SwissCham, dan Estubizi Network ini mengupas tentang program, peran, dan pemberdayaan usaha rintisan. SwissChamp merupakan kumpulan perusahaan Swiss yang beroperasi di Indonesia.
Gati menilai, program AETP ini adalah peluang bagi para usaha rintisan untuk memperluas jaringan.
Sementara itu, Head of ASEAN AETP Programme Manager Max Weber mengatakan, program akselerasi ini diikuti oleh sebanyak 21 startup yang akan mengikuti seleksi. Kategori startup yang diseleksi pun beragam, mulai dari kerajinan, teknologi, lingkungan hingga fashion. Nantinya 10 startup terpilih akan mengikuti pelatihan yang dimulai pada April 2019.
“Nantinya para startup terpilih akan mendapat pelatihan mengenai fundraising, analisis market internasional, pengembangan model bisnis hingga pitching,” ujar Max.
Menurut penilaiannya, starup Indonesia memiliki potensi yang sangat besar untuk diterima di pasar internasional, khususnya Swiss. Menurutnya, startup di Swiss lebih berfokus ke nano atau micro tech, sedangkan untuk soal kerajinan dan fashion masih belum cukup banyak tersedia.
“Oleh karena itu pertukaran ini akan membantu kedua negara. Swiss akan kehadiran startup-startup dengan produk yang baru dan berbeda, Indonesia juga akan mendapatkan hal serupa,” jelasnya. (Kemenperin/Joko Susilo)
Foto : Kemenperin