Kisah Tiga Pencuri Kopi

SIAR.Com, Jakarta — Kopi belakangan semakin digandrungi masyarakat. Tak hanya orangtua yang senang minum kopi, anak-anak muda pun saat ini menggemari seduhan kopi dengan berbagai variannya. Tapi tahukah Anda perihal tanaman kopi hingga menyebar ke seluruh dunia?
Pusat Kebudayaan Belanda (Erasmus Huis) di Jakarta, pada 8-21 Januari 2017 menggelar pameran yang bertajuk A History of Coffee or A Chalkboard Story. Dari event ini diharapkan masyarakat dapat mengetahui cerita dibalik komoditas yang paling banyak diperdagang di dunia ini. Bagaimana kopi dapat mempengaruhi budaya, ekonomi dan lingkungan kita di seluruh bumi. Pameran ini digelar Erasmus Huis bekerjasama dengan Hortus Botanicus Amsterdam.
Di event ini, pengunjung bisa mendapatkan informasi bagaimana awal mula tanaman kopi dapat menyebar ke seluruh penjuru dunia berikut persaingan sengit yang melingkupinya. Melalui cerita tentang tiga pencuri, tanaman kopi yang semula budidaya dan perdagangannya hanya dikuasai segelintir orang menjadi komoditas perdagangan dunia yang bebas dibudidayakan dan diperdagangkan.
Mengenai kisah tiga pencuri, diceritakan bahwa pada abad ke-17 semula kopi merupakan barang yang sangat berharga dan hanya kaum elit Eropa yang dapat menikmatinya. Saat itu, budidaya kopi dan perdagangannya hanya dikuasi oleh para pedagang Arab Yemeni.
Untuk mempertahankan monopoli perdagangannya, para pedagang tersebut mengeringkan atau mendidihkan biji kopi sebelum diekspor. Saat itu, tak ada benih subur atau tanaman hidup kopi yang meninggalkan semenanjung Arab.
Persaingan sengit dan popularitas kopi yang ekstrim melahirkan sebuah kisah tentang tiga pencuri.
Pencuri 1
Pada tahun 1616, Pieter van den Broecke, seorang pedagang belanda dan administrator lokal kantor VOC di Mocha, mendapatkan ketenaran yang meragukan yang mengatakan dia memperoleh beberapa pohonkopi yang dijaga ketat dari perkebunan Arab. Tanaman itu dibawa ke Amsterdam dan tumbuh dengan baik di rumah kaca. Namun iklim Belanda tidak cocok untuk perdagangan besar. Sehingga VOC mengarahkan pandangan mereka untuk menanamnya ke koloni timur mereka.
Pencuri 2
Pada tahun 1714, Walikota Amsterdam harus menyelesaikan beberapa perselisihan dengan Perancis, dan oleh karena itu memberikan sebuah tanaman kopi sebagai hadiah kepada Raja Louis XIV. Seorang perwira angkatan laut muda yang ditempatkan di Martinique, Gabriel de Clieu, kemudian meminta rajanya untuk membeli spesimen untuk memulai budidaya kopi di Karibia Prancis. Raja mengatakan tidak, tapi De Clieu mengabaikannya. Dia berlayar ke Paris dan mendapatkan bibit dari kebun Raja dalam sebuah pencurian malam. Meski melalui pelayaran yang menantang termasuk bajak laut, cuaca menghebohkan, dan penyabot yang berusaha menghancurkan pabriknya. De Clieu mengangkut bibit itu dengan selamat ke Martinique
Pencuri 3
Bibit kopi itu tumbuh dengan baik di iklim Karibia, dan spesimen tersebar di Guyana Prancis, Jamaika dan koloni lainnya di Karibia. Kini, orang Portugis di Brasil juga menginginkan bagian dalam perdagangan kopi. Letnan Francisco de Melho Palheta yang pada tahun 1727 membuat langkah sejarah ketiga. Orang Prancis tidak mau berbagi, tapi De Melho menemukan jalan ke jantung istri Gubernur Prancis. Dan dibutakan oleh cinta, dia memberinya buket bunga besar sebelum dia pergi. Tersembunyi di dalamnya adalah biji kopi yang cukup untuk memulai industri miliaran dolar saat ini.
Begitu kisah tiga pencuri yang dipaparkan dalam a history of coffee or a chalkboard story tersebut. (Bram)
Foto : Erasmus Huis