Kriteria Cantik di Era Industri 4.0

SIAR.Com — Sejalan dengan kemajuan teknologi digital, telah terjadi pergeseran kriteria cantik di era industri 4.0. Cantik di era Beuaty 4.0 multidimensional.
Menurut pakar kecantikan dr Lanny Juniarti, telah tejadi pergeseran kriteria cantik di era industri 4.0. Di era teknologi digital ini ada tuntutan munculnya keinginan penampilan wajah yang lebih baik.
“Saat ini semakin banyak wanita yang ingin tampil menarik di media sosial sehingga menjadi tantangan tersendiri bagi industri estetika (kecantikan) untuk memenuhi permintaan masyarakat,” kata Lanny seperti dikutip Kantor Berita Antara, Rabu (13/2) di Jakarta.
Lanny yang juga menjabat President Director Miracle Aesthetic Clinic Group ini mengatakan, keinginan untuk memiliki tampilan wajah yang lebih baik dan cantik membuat beauty transformation menjadi tren yang popular pada tahun lalu, katanya dalam acara “Aesthetic Outlook 2019: The Turn-around paradigm of beauty 4.0”.
Sama halnya dengan revolusi industri yang berkembang dan mengalami perubahan dari industri 1.0 menuju 4.0, demikian pula industri kecantikan mengalami revolusi dari Beauty 1.0 ke Beauty 4.0.
Pada Beauty 1.0, jelasnya, konsep perawatan hanya fokus pada satu dimensi saja, yaitu dokter menggunakan apa yang disebut dengan golden ratio. Sudut pandang dokter yang menentukan perawatan yang terbaik bagi pelanggan.
Di era Beauty 2.0, masyarakat menginginkan tampilan wajah dengan tampilan sempurna, namun tetap memiliki keaslian, versi terbaik dari dirinya, tidak menjadi diri orang lain.
Kemudian di era Beauty 3.0 tuntutan masyarakat kian berkembang. Mereka tidak hanya sekadar ingin menyempurnakan tampilan wajahnya namun perawatan kecantikan yang dilakukan dapat meningkatkan rasa percaya diri mereka.
Lalu, sambung Lanny, saat ini industri kecantikan telah memasuki era Beauty 4.0. Era digital sangat mempengaruhi perubahan di industri kecantikan. Pada era ini, media sosial bukan hanya menciptakan jaringan sosial, akan tetapi juga akhirnya menyebabkan munculnya social beauty.
“Eksistensi diri seseorang di media sosial dapat menimbulkan dampak yang positif, atau justru menuai kritik dari haters. Hal ini tentunya menimbulkan dampak pada sosial dan psikologi seseorang,” paparnya.
Demikian juga di social beauty, penampilan seseorang dapat menjadi pujian, sindiran, atau bahkan menjadi hujatan. Pada akhirnya hal inilah yang membuat terbentuknya tuntutan baru di dunia estetika.
Beauty 4.0 kini tidak lagi fokus pada sudut pandang dokter. Tidak lagi terikat pada sudut pandang dan keinginan individu saja. Tidak juga berorientasi hanya pada 1 atau 2 dimensi, namun sudah multidimensional.
“Sebagai seorang ahli di bidang estetik, kami menyarankan perawatan apa yang tepat, untuk memenuhi apa yang menjadi keinginan klien, dengan tetap memilki kekhasan tampilan wajahnya, sehingga rasa percaya diri mereka semakin bertambah,” kata Lanny.
Tak cukup sampai di situ saja, juga perlu memahami juga apakah perawatan kecantikan yang dilakukan dapat memberikan dampak yang baik pada kehidupan sosial mereka, ungkapnya.
Jangan sampai, misalnya wajah pelanggan malah menjadi bahan hujatan orang lain, seperti tidak proporsional atau bahkan terlihat aneh. (Antara/Abraham Badia Sibuea)
Foto : Antara