Lulus Program SCARA, 20 Penulis Siap Terjun ke Industri Hiburan Nasional

SIAR.Com — Setelah mengikuti dan menyelesaikan program Skenario Cerita Anak Nusantara (SCARA), sebanyak 20 penulis siap masuk ke industri hiburan nasional. Badan Ekonomi Kreatif (Bekaraf) juga menyiapkan program serupa tahun depan, yaitu SCARA 2019
Menurut Direktur Edukasi Bekraf, Poppy Savitri, dukungan Bekraf terhadap penulis yang telah lulus tak akan berhenti. Hal ini sebagai komitmen untuk menyemarakkan industri hiburan Tanah Air dengan cerita-cerita anak yang saat ini masih minim.
Poppy mengungkapkan, penulis-penulis tersebut juga akan dilibatkan dalam program Akatara untuk mempertemukan dengan investor dan pelaku industri perfilman serta kegiatan lain untuk mengaplikasikan ilmu yang telah diperoleh.
“Tahundepan, SCARA akan kembali hadir dengan harapan semakin banyak mencetak penulis cerita anak. Selain itu, produk yang dihasilkan juga diharapkan sesuai dengan kebutuhan anak-anak,” ujarnya usai menutup SCARA di Veranda Hotel, Selasa (27/11).
Poppy menjelaskan, pelaksanaan SCARA akan dievaluasi untuk menyempurnakan program dan format di tahun depan. Hal ini mengingat peminat yang tinggi terhadap program SCARA. Menurut dia, tidak menutup kemungkinan fokus materi akan diubah, jika tahun ini fokus untuk cerita anak animasi, terutama Si Unyil dengan menggandeng BASE Studio. Tidak menutup kemungkinan, tahun depan akan fokus untuk film layar lebar, sinetron atau tetap animasi.
Sementara itu Head Writer Si Unyil, Devi Permanasari, sekaligus mentor SCARA, menyampaikan tidak cukup sulit memberi bekal karena latar belakang peserta kebanyakan adalah penulis. Oleh karena itu, struktur tulisan peserta sudah teratur. Namun masih perlu pendampingan lagi untuk membuat skenario cerita anak. Oleh karena itu, perlu sering membaca, menulis, dan berdiskusi untuk mengasah tulisan menjadi lebih baik.
“Kalau ditanya lagi apakah ada kesempatan dan cerita anak yang telah ditulis peserta bisa diangkat untuk menjadi serial atau film, tentu ada potensi kesana,” ujarnya.
Menurut dia, cerita tidak akan menarik apabila penulis tidak mengetahui tahap tumbuh kembang anak. Hal ini karena menulis tidak hanya menyajikan alur yang menarik tapi juga menentukan dan menghubungkan karakter yang ada dalam cerita.
Devi juga mengaku telah memiliki beberapa bayangan dari 20 skenario Si Unyil, mana yang bisa diangkat dan digunakan untuk memproduksi kartun Si Unyil.
“Harapannya 20 penulis ini bisa menjadi trigger untuk memacu penulis lain ikut memproduksi cerita anak. Oleh karena itu, perlu ada program advance, mungkin membuat proyek Bersama untuk membuat drama musical, serial, atau serial OTT (over the top) di Netflix dan lainnya,” pungkasnya. (Bekraf/RN)
Foto : Bekraf