Mengenang Soetaryo Sigit Pelaku Sejarah Pertambangan Indonesia

SIAR.Com, Jakarta – Almarhum Soetaryo Sigit tak hanya sekedar birokrat yang lama berkecimpung di sektor pertambangan, tetapi juga merupakan tokoh pertambangan.
Menurut Presiden Direktur Adaro, Boy Garibaldi Tohir, selain mantan Dirjen Pertambangan Batubara almarhum Soetaryo Sigit adalah pelaku sejarah pertambangan di Indonesia. “Beliau merupakan contoh yang komplit terhadap kami yang masih muda dan pelajaran yang sangat berharga ini akan terus berkesan di hati kami di Adaro,” katanya ketika peluncuran dan diskusi Buku Biografi “Soetaryo Sigit, Membangun Pertambangan untuk Kemakmuran Indonesia,” di Adaro Institute, Jakarta, Senin (7/11).
Alm Soetaryo Sigit, lanjutnya, memiliki peran penting dalam pembuatan UU No.11/1967 dan itu berkaitan dengan sejarah perjanjian karya pengusahaan pertambangan batubara (PKP2B). “Beliau mengatakan pada saya bahwa pada saat itu begitu banyak investor asing yang ingin mau masuk ke Indonesia tetapi di lain sisi investor asing ini menginginkan kejelasan mengenai investasi mereka di Indonesia,” katanya.
Alm Soetaryo Sigit kemudian memberi masukan kepada presiden (pada waktu itu adalah Soeharto) dan akhirnya diputuskan-lah UU No. 11/1967. Menurut Alm Soetaryo Sigit, disitulah PKP2B generasi I memutuskan besaran royalti 13,5% dengan pajak 45%. Tetapi pada saat itu Presiden Soeharto memberi jaminan bahwa tidak ada lagi pajak-pajak terkait lagi. “Ini adalah terobosan yang sangat tepat pada saat itu,” ungkapnya.
Garibaldi Thohir mengakui, figur almarhum Soetaryo Sigit sangat kuat di Adaro terutama di PT Adaro Indonesia, karena Sigit telah menanamkan nilai-nilai yang positif dalam perusahaan. Beberapa pemikiran Sigit yang sangat berkesan dan hingga saat ini menjadi dasar yang kuat bagi operasional pertambangan Adaro adalah pemikiran dimana Sigit ingin dalam setiap operasional Adaro selalu mentaati segala peraturan yang ada. “Almarhum Pak Sigit juga mengajarkan kepada kami agar kami senantiasa terus memiliki kepedulian yang tinggi terhadap kelestarian lingkungan di sekitar pertambangan.”
Almarhum Soetaryo Sigit juga memberikan masukan agar interaksi Adaro baik dengan masyarakat. “Almarhum mempunyai ide agar Adaro menjadi tetangga yang baik bagi masyarakat sekitar operasi kami dengan memberi masukan agar alangkah baiknya seluruh management dan karyawan Adaro itu jangan membuat satu komplek yang eksklusif tetapi harus membaur dengan masyarakat sekitarnya.”
Sementara itu, mantan Menteri Pertambangan dan Energi Subroto mengatakan, almarhum Soetaryo Sigit adalah sebagai contoh seorang kesatria Indonesia atau Samurai orang Jepang. “Kalau disuruh untuk memberikan sebuah description tentang Soetaryo Sigit adalah dia seorang yang digdaya, sakti, dan Mandraguna,” katanya.
Digdaya menurutnya, seorang yang tidak mudah menyerah dan tahan banting menghadapi masalah-masalah berat. Sedangkan description seorang yang sakti, artinya apabila melihat beliau ada kharisma sehingga orang yang melihatnya terpesona dengan pribadinya. Terakhir, yaitu mandraguna mempunyai arti penuh dengan eksotis dan seorang yang saintis. “Almarhum Soetaryo Sigit harus menjadi contoh dari pada generasi muda terutama bidang pertambangan,” harapnya. (sadea)
Foto : CoverBuku