Pameran Tunggal Baron “Noor” Basuning

SIAR.Com, Jakarta – Memasuki 20 tahun dirinya berkarya, Baron Basuning mengadakan pameran tunggal yang diberi judul “Noor” di Gedung A Galeri Nasional Indonesia, Jakarta. Pameran akan berlangsung dari tanggal 9 Januari hingga Februari 2019.
Pameran yang dibuka oleh Erros Djarot pada Selasa (8/1) kemarin dan dikuratori oleh Eddy Soetriyono ini menampilkan sebanyak 38 hasil karyanya dalam pameran tunggal tersebut.
Selain pameran, dalam kesempatan tersebut juga ada Seminar Kebudayaan yang diberi judul “Memaknai Seni untuk Kebangsaan” pada Jumat (11/1) pukul 14.00 WIB dengan para pembicaranya Erros Djarot (Budayawan), Yudi Latif PhD (Pegiat Pancasila), Eddy Soetriyono (Kurator Pameran), serta Artis Talk pada Minggu (13/1) pukul 14.00 WIB dengan pembicara Eddy Soetriyono (Kurator Seni Rupa) dan Hendro Wijayanto (Kritikus Seni Rupa).
Baron Basuning adalah pelukis yang terkenal dengan karya abstraknya dan menggunakan warna hitam yang mendominasi lukisannya. Baron juga telah mempunyai jam terbang tinggi di luar negeri. Apalagi, lelaki kelahiran Pagar Alam, Sumatera Selatan, ini sempat menghabiskan waktunya di California, USA untuk menekuni pendidikan seni rupa selama 7 tahun pada 1986, tepatnya di Fresno City College, Fresno, California, USA.
Mengenai pameran tunggalnya, Baron mengatakan, tema utama Noor merupakan ungkapan emosi dan ekpresinya tentang manusia dan alam yang berjalan menuju cahaya, yaitu Sang Pencipta.
Dalam karya-karyanya Baron menggoreskan eufemisme dari keprihatinan, kegelisahan, kegembiraan, kebahagiaan, dan cinta yang dapat dinikmati oleh pencinta seni.
Dalam pameran “Noor” yang berarti cahaya, Baron menyajikan 38 karya yang sebagian besar terinspirasi dari cahaya.
Dalam kunjungannya ke berbagai bangunan masjid di luar negeri, Baron mendapati kekayaan seni abstrak melalui arsitektur yang menjadi lebih indah karena cahaya.
“Semua karya ini lahir dari pengalaman juga memory ditempat yang pernah dikunjungi,” ujarnya
Di antara sekian banyak masjid dan bangunan yang dia kunjungi, ada tiga yang disebutkannya. Bangunan masjid Nasrid Palace, Alhambra, Spanyol; masjid Nasir Al Mulk, Shiraz, Iran dan Taj Mahal, India, yang menjadi inspirasi kuat bagi Baron. Dia mengungkapkan pengalaman batin yang luar biasa melalui sapuan kuas di atas kanvas.
Menurut kurator pameran Eddy Soetriyono, pengalaman berada di tempat-tempat suci yang disinari cahaya tersebut membuat Baron dapat melahirkan karya-karya abstrak yang menyentuh. “Tidak seperti kubah bangunan Islam lainnya, kubah masjid Alhambra menampilkan abstraksi trimata yang terpancar indah karena cahaya,” katanya.
Hal ini, sambungnya, membuktikan bahwa bangunan atau arsitektur Islam tidak melulu soal kaligrafi, geometri, dan arabesque saja. (Dari berbagai sumber/RN)
Foto : BisnisCom