Sektor Hulu Migas Indonesia Krisis

SIAR.Com, Jakarta — Asosiasi perusahaan minyak dan gas (migas) yang ada di Indonesia menyebut, kondisi sektor hulu migas tengah mengalami krisis. Hal itu dapat dilihat dari jumlah investasi hulu migas yang terus menurun.
Menurut Direktur Eksekutif Indonesia Petroleum Association (IPA) Marjolijn Wajong, kondisi hulu migas Indonesia telah mengalami krisis terutama dengan terus menurunnya investasi hulu migas di Indonesia.
Marjolijn mengungkapkan, berdasarkan data SKK Migas, investasi hulu migas tahun 2016 lalu telah turun 27% dari tahun 2015 yang sebesar US$ 15,34 miliar menjadi hanya US$ 11,15 miliar. Dengan penurunan investasi tersebut, otomatis aktivitas eksplorasi juga menurun.
Jika pada 2013, investasi eksplorasi bisa mencapai US$ 1,4 miliar, pada tahun 2016 hanya US$ 100 juta atau hanya 1% dari total investasi tahun lalu. “Hanya 1% untuk eksploras. Padahal eksplorasi perlu untuk menambah cadangan kita dan itu harus dilakukan untuk jangka panjang,”ujarnya pekan ini.
Dengan penurunan eksplorasi, maka cadangan migas juga menurun. Marjolijn menunjukkan, cadangan minyak Indonesia terus turun dari 3,7 miliar barel pada 2012 menjadi 3,3 miliar barel pada 2016. “Terlihat jelas penurunannya, hal yang sama juga terjadi pada gas biarpun gas turunnya tidak sebanyak minyak,” katanya.
Kondisi ini, sambungnya, juga merembet pada pertumbuhan ekonomi daerah-daerah penghasil migas, seperti Natuna, Tanjung Jabung Timur, Musi Banyuasin, Rokan Hilir, Kampar, Penajam Paser Utara dan Sorong.
“Daerah-daerah itu mengalami pelambatan pertumbuhan ekonomi. Hanya dua daerah yaitu Siak dan Bengkalis yang masih menunjukkan pertumbuhan ekonomi,” pungkas Marjolijn. (RN)
Foto : IPA