Startup Qiscus Penyedia Aplikasi Teleconference Buatan Anak Negeri

SIAR.Com, Jakarta — Saat pandemi Covid-19 yang mengharuskan setiap orang untuk menjaga jarak (physical distancing) kegiatan apapun harus dilakukan di rumah, mulai dari belajar, beribadah hingga bekerja (work from home: WFH).
Dalam kondisi tersebut, dibutuhkan aplikasi teleconference atau meeting jarak jauh secara daring. Saat ini ada sejumlah aplikasi teleconference yang dapat digunakan, seperti Zoom, Skype, WhatsApps, Google Hangout Meet, dan sebagainya. Selain aplikasi-aplikasi teleconference buatan luar negeri, ada aplikasi teleconference buatan lokal yang tidak kalah dengan aplikasi-aplikasi yang sudah dikenal, aplikasi tersebut adalah Qiscus Meet buatan startup Qiscus asal Yogyakarta.
Aplikasi Qiscus Meet yang dapat diunduh secara gratis memiliki feature antara lain: free dan mudah untuk memulai digunakan, platform yang terjamin keamanannya dengan password dan network encryption, aplikasi ini dapat digunakan bersama-sama dengan panggilan video, obrolan dan pembagian layar.
Bagi pelanggan korporat, Qiscus menawarkan infrastructure teleconference yang dedicated, keandalan yang lebih bagus, personalized branding, pengutamaan dukungan, penyesuaian Qiscus Meet dengan Software Development Kit (SDK) untuk customization lebih lanjut, SSO integration, integrasi kalender, custom user interface (UI) dan sebagainya.
Dengan menggunakn Qiscus Meet dijamin aman tak perlu kuatir dengan keamanan data dan sebagainya.
Startup Qiscus didirikan oleh empat anak muda lulusan Nanyang Technological University (NTU) Singapura, Delta Purna Widyangga, Amin Nordin, Evan Purnama, dan Muhammad Md Rahim pada 2013 di Yogyakarta.
Qiscus adalah startup yang bergerak di bidang pengembangan teknologi Real-Time Communication (RTC).
Awalnya startup ini fokus pada layanan percakapan untuk dunia bisnis atau perkantoran di mana penggunanya adalah karyawan internal. Namun pada 2015 Qiscus melakukan riset pasar. Hasil riset menyatakan ternyata pasarnya lebih besar adalah di komunikasi dengan konsumen, bukan internal di perkantoran. Sementara untuk sesama karyawan, mereka pada dasarnya gak butuh platform khusus untuk berkomunikasi. Aplikasi populer seperti WhatsApp, Line, atau Telegram pun sudah cukup.
Pada awal 2017, Qiscus akhirnya resmi pivot menjadi platform chat untuk konsumen. Startup ini mengembangkan platformnya menjadi multichannel conversation yang model bisnisnya masih B2B (business-to-business), namun sasaran penggunanya adalah konsumen dari si pelaku bisnis atau perusahaan tersebut.
Dari sini, Qiscus mendapatkan ragam klien yang gak cuma dari Indonesia, tapi juga negara lain seperti Meksiko, Mesir, dan beberapa yang berada di Eropa. Hingga saat ini, jumlah klien Qiscus telah lebih dari 300 perusahaan. Klien di dalam negeri antara lain Halodoc dan Ruangguru.
Dalam sebuah kesempatan, Co-Founder dan CEO Qiscus Delta Purna Widyangga menjelaskan, Qiscus fokus kepada solusi untuk para perusahaan yang ingin memperbaiki aktivitas komunikasi dengan para pelanggan atau konsumennya.
Qiscus fokus pada pemberian layanan platform chat untuk perusahaan yang menyediakan fitur percakapan dengan para user atau konsumennya. Peran Qiscus adalah pengembangan platformnya yang bisa langsung diakses oleh pengguna.
Ada tiga produk yang ditawarkan Qiscus, yaitu: Multichannel Chat, Chat SDK, dan Qiscus Meet. Multichannel Chat adalah chat yang dapat dilakukan dengan beberapa channel (WhatsApp, Messenger, Instagram, Line, dan aplikasi chat lain. Sementara Chat SDK adalah software development kit chat agar aplikasi klien bisa interaktif dengan konsumen secara real time.
Qiscus adalah salah satu startup yang dibina oleh Indigo Creative Nation, program startup accelerator milik perusahaan Telkom, pada tahun 2017.
Dari tiga putaran penggalangan dana, Qiscus sudah mendapatkan pendanaan sekitar US$900.000 (sekitar Rp12 miliar) dari sejumlah investor. Beberapa investornya antara lain MDI Ventures dari Telkom, Rekanext dari Singapura, dan Prasetia Dwidharma. (Dari berbagai sumber)