Teknologi Pengeringan Matahari Jadikan Produk Hortikultura Berkualitas

SIAR.com, Jakarta — Kementerian Pertanian terus berkomitmen merancang program yang berpihak kepada petani. Di mulai dari sisi hulu, pendampingan budidaya hingga pascapanen. Dalam pascapanen, pemerintah terus melakukan penyempurnaan terhadap teknologi pengeringan matahari (solar dryer dome) yang dianggap sebagai solusi yang menjanjikan untuk masalah pengeringan.
Direktur Pengolahan dan Pemasaran Hasil Hortikultura, Bambang Sugiharto mengingatkan, petani dalam menghasilkan produk yang kering perlu menjaga kualitas dan higienitas produk.
“Bantuan bangunan pengering tenaga matahari ini akan terus digenjot agar para petani/pelaku usaha hortikultura agar dapat menghasilkan produk yang berkualitas dan dapat dijual sampai ke luar negeri,” ujar Bambang dalam acara webinar Teknologi Pengolahan Hasil Hortikultura Sistem Pengeringan Dengan Tenaga Matahari (Solar Dryer Dome) beberapa waktu lalu.
Menurut salah satu narasumber, Mentari Sanda mengatakan, Solar Dryer Dome merupakan pengeringan menggunakan tenaga matahari, bukan dengan tenaga listrik.
“Sistem ini pengeringannya menggunakan bahan polycarbonate yang mampu bertahan 10 hingga 30 tahun. Solar Dryer Dome ini sangat membantu petani atau pelaku usaha karena proses pengeringannya lebih mudah,” ujarnya.
Mentari menyarankan, untuk memasukkan produk ke dalam dome di pagi hari kemudian sinar matahari akan masuk dan terserap panasnya ke dalam dome. Lantai dome terbuat dari beton/semen sehingga suhu panasnya merata dan tidak bocor.
“Keuntungan menggunakan dome dibanding pengeringan tradisional adalah pengeringan menjadi dua kali lebih cepat. Selain itu pada saat malam hari petani tidak perlu mengeluarkan produknya dari dome, produk menjadi lebih hygiene dan terhindar dari serangga,” ungkapnya.
Sementara petani hortikultura asal Karangasem, Bali, Pak Mandi menceritakan pengalamannya melakukan pengeringan menggunakan Solar Dryer Dome.
“Pengeringan dengan Solar Dryer Dome sangat membantu sekali dalam mengeringkan cabai Bali. Saya panen waktu mendung dan langsung dimasukkan ke dalam Solar Dryer Dome, hasilnya cabai kering sampai bagian dalam, cabai tidak berjamur dan warna masih merah,” ujar Pak Mandi.
Narasumber lain, Lisda S Damanik menuturkan, Pak Mandi sangat senang terbantu dengan prasarana ini. “Dulunya beliau membutuhkan waktu 7-10 hari untuk mengeringkan cabai, itu pun ada yang busuk dan terbuang. Setelah menggunakan Solar Dryer Dome, pengeringan hanya butuh waktu kurang dari 5 hari dan dengan tingkat kekeringan 90-100%. Hasilnya bisa dimanfaatkan karena semua tidak ada yang busuk maupun terbuang.”
Lisda juga menekankan bahwa polycarbonate pada Solar Dryer Dome ini sangat berperan penting untuk menjaga mutu hasil hortikultura yang dikeringkan. “Keunggulan Solar Dryer Dome ini umur produk lebih lama, aroma produk tetap kuat, rasa produk tidak hilang dan yang paling penting mutu berkualitas.”
Peserta webinar ini memberikan banyak apresiasi kepada panitia penyelenggara, mulai dari petani, pelaku usaha hingga pakar akademisi. “Sebagai pelaku dan sedang merintis usaha pengolahan hortikultura, kegiatan ini sangat bermanfaat agar kita sebagai pelaku UMKM dalam mengeringkan hasil hortikultura tidak bergantung pada energi listrik. Kegiatan ini sangat menunjang aktivitas kami, semoga nanti ada kegiatan-kegiatan seperti ini berikutnya dan saya bisa bergantung,” ujar Dosen STIP-YAPI Bone, Andi.
Sebagai penutup acara, Koordinator Pengolahan Hasil Hortikultura, Diah Ismayaningrum menekankan, kepada para peserta webinar untuk selalu mengupayakan produk yang dihasilkan dalam keadaaan hygiene sewaktu melakukan pengeringan produk.
“Sangat dianjurkan sekali agar mengeringkan dengan menggunakan Solar Dryer Dome supaya bapak dan ibu tidak perlu lagi menjemur hasil olahannya di lantai. Sesuai dengan kaidah Good Manufacturing Practices (GMP) bahwa dalam pengolahan produk hasil hortikultura harus food grade dan aman dikonsumsi sehingga ketika hasil panen tersebut diolah, rasanya tidak banyak berubah dan warna tetap terlihat bagus,” ujar Diah.
Sebagamana diketahui, pengeringan banyak dilakukan pada olahan pertanian, semisal produk hortikultura dengan cara mengurangi kandungan air. Tujuannya agar daya tahan produk hortikultura dapat terjaga lebih lama dengan kualitas yang baik.
Pada umumnya petani maupun pelaku usaha pengolahan hasil hortikultura di Indonesia melakukan pengeringan mengandalkan sinar matahari. Meskipun metode ini murah, namun produk yang dikeringkan, seringkali mengalami kerusakan besar yang disebabkan oleh hujan, serangga, burung dan jamur. Indonesia terletak di garis khatulistiwa dengan radiasi matahari yang berlimpah sepanjang tahun. Penggunaan teknologi pengeringan matahari (Solar Dryer Dome) dianggap sebagai solusi yang menjanjikan untuk masalah pengeringan.
Solar Dryer Dome ini merupakan kubah dengan inkubator ruangan tertutup seperti green house, dan sekilas mirip dengan solar tunnel. Bedanya adalah, greenhouse dan solar tunnel biasanya masih menggunakan bahan PET untuk cover bangunan. Sementara Solar Dryer Dome menggunakan bahan polycarbonate. Ketahanan polycarbonate yang mampu bertahan hingga 10 tahun menjadi pilihan yang menarik, ketimbang bahan PET yang mudah sekali rusak.
Karakteristik dari polycabonate yang digunakan, mampu menyerap panas matahari dan menyalurkannya ke dalam ruangan. Meski demikian, sinar UV ditapis sehingga tidak merusak bahan/komoditas pertanian yang dikeringkan. Selama proses pengeringan, uap air akan naik karena berkurangnya kandungan air komoditas pertanian yang dikeringkan. Kipas exhaust akan menghisap udara di dalam ruangan bersamaan dengan uap air. (Setia Ade Amarullah)
Foto : InclusiveBusinessActionNetwork