Wapres RI Akui Perkembangan EBT di Indonesia Lambat

SIAR.Com, Jakarta — Kemarin Wakil Presiden RI H.M. Jusuf Kalla mewakili Presiden RI membuka Indonesia International Geothermal Convention & Exhibition (IIGCE) 2019 di Jakarta Convention Center. Acara IIGCE dilangsungkan pada tanggal 13 – 15 Agustus 2019 sebagai agenda tahunan Asosiasi Panasbumi Indonesia (API) sekaligus forum Pertemuan Ilmiah Tahunan (PIT) INAGA. The 7th IIGCE 2019 yang mengambil tema ‘Making Geothermal The Energy Today’ itu, meliputi Convention, Exhibition, Technical Paper Presentation (TPC), Photo Competition, dan Field Trip.
Dalam kesempatan itu, Wapres Jusuf Kalla didampingi Wakil Menteri Energi & Sumber Daya Mineral Arcandra Tahar. Wapres Jusuf Kalla mengatakan, perkembangan Energi Baru Terbarukan (EBT) di Indonesia lambat. Sampai dengan tahun ini, pembangkit listrik yang menggunakan EBT total kapasitasnya hanya sekitar 8.000 megawatt (MW).
“Panas bumi ini kan bukan barang baru. Ini 35 tahun yang lalu kan di Kamojang sudah mulai beroperasi, menyusul di Dieng, Lahendong sudah puluhan tahun. Tetapi hasilnya lamban, baru 2.000 mw selama puluhan tahun,” ungkapnya.
Hal yang sama juga terjadi pada pengembangan PLTA dan PLTS. Padahal, pemerintah sudah memberikan insentif bagi pengusaha yang berniat membangun pembangkit listrik yang menggunakan EBT.

Wapres Jusuf Kalla saat membuka The 7th Indonesia International Geothermal Convention & Exhibition 2019
Photo by SIAR/SetiaAde
Sementara Wakil Menteri ESDM, Arcandra Tahar menambahkan, sampai dengan tahun 2025 target bauran energi (energy mix) sekitar 23 persen. Target tersebut tidak hanya sekedar angka tetapi semua harus bekerja keras untuk mewujudkannya. Dia berharap, Pemerintah harus memiliki orang yang disiplin untuk mewujudkan angka tersebut.
“Jadi, suatu saat birokrasi kita diisi dengan orang-orang yang punya disiplin. Kita mengidam-idamkan atau mengimpikan birokrasi yang berfikir simple sehingga pengurusan izin izin yang dirasakan selama ini lambat dan lama itu bisa kita pangkas secepatnya,” ujarnya.
Sementara itu, Ketua Pelaksana IIGCE 2019, Prijandaru Effendi mengatakan, Indonesia mempunyai potensi yang sangat besar untuk mengembangkan sumber daya energi panas bumi, yang saat ini pemanfaatannya dengan total kapasitas terpasang sebesar 1.948,5 MW.
“Acara IIGCE 2019 diharapkan mampu menciptakan peluang positif untuk menjalin kerjasama antara pemangku kepentingan industri panas bumi. API akan terus mendukung upaya – upaya pemerintah dalam memenuhi kebutuhan energi Indonesia khususnya energi panas bumi,” ungkapnya.
The 7th IIGCE 2019 merupakan wujud keseriusan API atas dukungan tersebut yang telah diselenggarakan sejak tahun 2013 secara berturut – turut. Acara tahunan IIGCE akan selalu menjadi forum dan momen besar dalam mempertemukan lembaga pemerintah, pembuat kebijakan, pemangku kepentingan, investor, perusahaan jasa, akademisi, dan pakar industri panas bumi untuk berkumpul bersama, berbagi perkembangan terbaru mengenai industri panas bumi.
The 7th IIGCE 2019, sambung Prijandaru, diadakan bersamaan dengan Konvensi Ilmiah Tahunan ke-19 Asosiasi Panasbumi Indonesia (API) ke-19 yang akan berfokus pada presentasi makalah teknis yang telah menjadi sesi tulang punggung bagi para profesional panas bumi dalam berbagi praktik terbaik dan untuk bertukar gagasan teknis. Oleh karena itu, The 7th IIGCE 2019 akan memberikan peluang besar untuk bertukar gagasan di antara para peserta dan untuk belajar pengalaman terobosan dari praktisi lain dalam mengatasi tantangan teknis dan operasional. (Setia Ade Amarullah)
Foto : Q99live